Respon Cepat DLH Tangani Aduan Sampah Menumpuk di Tiga TPS

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tegal merespon dengan cepat keluhan masyarakat tentang masalah penumpukan sampah di tiga Tempat Penampungan Sementara (TPS) di Balapulang, Balamoa, dan Pasar Kemantran. Eko Supriyanto, Kepala Fungsional Penyuluh Lingkungan Hidup DLH Kabupaten Tegal.
Setelah menerima laporan dari masyarakat mengenai tiga tempat pembuangan sampah yang penuh dan mengganggu, Eko segera bertindak. Tim petugas pengangkut sampah diturunkan untuk mengatasi masalah ini dengan cepat. Kami selalu siap untuk merespon dan menyelesaikan masalah sampah di kota kami.
Masalah sampah di TPS Balapulang telah berhasil diselesaikan. Sekarang yang perlu dilakukan adalah pemerintah desa setempat membereskan lokasi TPS sesuai dengan kewenangannya yang ditetapkan dalam Peraturan Bupati Tegal Nomor 26 Tahun 2021 tentang Pembagian Tugas dan Kewenangan Antara Pemerintah Daerah, Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, Pemerintah Kelurahan dan Pelaku Usaha dalam Pengelolaan Sampah di Kabupaten Tegal.
Eko melanjutkan bahwa masalah tumpukan sampah di Pasar Kemantran dan Pasar Balamoa masih sedang dalam proses pembersihan.
Eko meminta masyarakat untuk menjadi lebih cerdas dalam mengelola sampah, terutama sampah dari rumah mereka. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan memilah-milah sampah yang memiliki nilai ekonomi seperti kertas, karton, dan plastik untuk disetorkan ke bank sampah. Sementara itu, sisa makanan dan sampah organik lainnya dapat diolah menjadi pupuk organik melalui penggunaan lubang biopori di halaman rumah. Ini adalah upaya kecil yang dapat kita lakukan untuk merawat lingkungan sekitar kita.
Seorang ahli lingkungan menjelaskan bahwa sampah organik dapat dibuang ke dalam lubang biopori. Jika lubang tersebut telah penuh, cukup tutup dan buatlah lubang baru di sebelahnya. Selain itu, lubang biopori juga membantu mengurangi genangan air dan aliran permukaan saat hujan datang.
Ada banyak cara untuk mengelola sampah organik, seperti dengan sistem biopori. Namun, Anda juga dapat memanfaatkannya sebagai pupuk cair organik (POC). Menurut Eko, ambil air sisa cucian beras pertama dan masukkan ke dalam ember. Tambahkan sedikit gula jawa atau air tetes tebu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Dengan menambahkan gula jawa atau tetes ke dalam air beras, sisa makanan dan masakan yang tidak terpakai dapat disimpan di ember yang ditutup rapat. Setelah ember penuh, biarkan selama dua minggu untuk mengompos secara alami.
Menurutnya, fermentasi ini akan menghasilkan aroma mirip tape dan terdiri dari dua bagian utama: cairan yang bisa dijadikan pupuk cair dan ampas yang setelah ditiriskan dapat digunakan sebagai pupuk padat atau kompos yang bermanfaat bagi tanaman.
Menurut Eko, belatung magot sangat berguna dalam mengurai sampah organik seperti sisa makanan, sayuran, dan buah-buahan. Selain manfaatnya yang menyehatkan lingkungan, budidaya magot juga dapat memberikan nilai ekonomi yang baik. Belatung ini kaya akan protein dan banyak diminati di pasar sebagai pakan untuk ikan, ayam, atau burung.